nusakini.com-Jakarta- Kemandirian pangan menjadi hal penting Kabupaten Kulon Progo untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan memperkuat sistem perekonomian berbasis kerakyatan, Pemkab Kulon Progo menciptakan inovasi PanganKu. 

Memegang slogan Bela-Beli Kulon Progo dengan semangat “iso nandur ngopo tuku, iso ngingu ngopo tuku, iso nggawe ngopo tuku”, masyarakat dan Pemkab Kulon Progo memiliki etos kerja dan tekad bersama untuk memperkuat sektor pertanian. Kesejahteraan petani ditingkatkan terutama untuk kelompok tani (KT), kelompok wanita tani (KWT), dan kelompok ternak 

“Inovasi Panganku ini bertujuan untuk membangun kepercayaan publik atas potensi yang dimiliki Kabupaten Kulon Progo serta memberikan nilai tambah bagi petani produsen pangan untuk meningkatkan kesejahteraannya,” ujar Bupati Kulon Progo Sutedjo dalam presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020 secara virtual, beberapa waktu lalu. 

Inovasi PanganKu dilaksanakan melalui Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sembako dengan menggunakan produk lokal untuk semua komoditas, yakni beras, telur, lele, sayuran-buah, dan tahu-tempe. Sementara proses penyaluran kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melalui e-warung. 

PanganKu memberikan dampak positif menurunkan angka kemiskinan di Kulon Progo. “Transformasi inovasi ini telah mampu mempercepat penurunan angka kemiskinan sebesar dua persen per tahun, sehingga pada tahun 2019 jumlahnya menjadi 17,3 persen serta meningkatnya uang yang beredar di masyarakat hingga mencapai 10 miliar rupiah per bulan,” jelas Sutedjo. 

Dampak ekonomi juga dirasakan dengan adanya PanganKu karena keterlibatan masyarakat secara langsung. Dalam periode satu bulan, terdapat penyaluran beras sebanyak 530 ton senilai Rp5,3 miliar, telur kurang lebih 60 ton senilai Rp1,8 miliar, sayur-buah untuk 49.184 Kader Pembangunan Manusia (KPM) senilai Rp 980 juta dari produk pangan setempat. 

Inovasi PanganKu ini juga mendorong warga memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran sehingga bisa menghemat biaya hidup sehari-hari. Dengan optimalisasi pemanfaatan pekarangan, ada penghematan belanja pangan rumah tangga ibu-ibu KWT sekitar Rp 200 ribu per bulan dari hasil pemanfaatan pekarangannya sehingga ada penghematan mencapai Rp1,1 miliar per bulan belanja rumah tangga. 

Sutedjo mengatakan inovasi PanganKu mempunyai potensi diterapkan di daerah lain karena pada prinsipnya penyaluran bantuan sembako melalui e-warung melibatkan partisipasi aktif dari Gapoktan, KWT dan Kelompok Peternak Ayam. “Beberapa pemda telah melakukan studi banding antara lain Pemalang, Cirebon, Karawang, Blitar, dan Kaltim,” terangnya.(p/ab)